Mengenai Saya

Foto saya
Yogyakarta, D.I. Yogyakarta, Indonesia

Kamis, 11 Oktober 2012

PAI 1. Iman Kepada Allah SWT

Beriman Kepada Allah SWT

A. Sifat-Sifat Allah SWT

1. Allah Bersifat Wujud (Ada), Mustahil Adam (Tidak Ada)
Allah SWT bersifat wujud atau ada, lawannya tidak ada (Adam). Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan akal, yaitu dengan melihat dan memikirkan semua yang ada atau yang terjadi di alam semesta ini. bila kita perhatikan kejadian dan kerja dari organ-organ tubuh manusia, maka pasti terpikir bahwa semua itu pasti ada yang mengatur atau menjadikannya. Demikian pula halnya dengan alam semesta ini. Kiranya tidak dapat diterima oleh akal bila alam ini menjadikan dirinya sendiri. Jika tadinya alam itu belum ada, kemudian menjadikan dirinya sendiri, maka akal sehat tidak dapat menerima bila sesuatu yang belum ada akan dapat membuat atau menjadikan sesuatu.
Kiranya tidak dapat diterima oleh akal, apabila benda tersebut terjadi sendirinya tanpa ada yang mengadakan atau menjadikan sebagaimana tidak mungkin bahwa sesuatu itu tidak ada yang membuatnya. Demikian juga dengan keteraturan alam, adanya pergeseran siang dan malam secara teratur, keteraturan peredaran matahari pada sumbunya, keteraturan peredaran planet-planet, adanya hukum-hukum alam, semuanya menunjukan adanya dan yang mengatur itu adalah Allah SWT.
Firman Allah SWT:

ذلِكُمْ اللهُ رَبُّكُمْ لاَإِلهَ إِلاَّ هُوَ خُالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوْهُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ وَّكِيْلٌ (الأنعام: 102)
Artinya: (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain Dia. Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia dan adalah pemeliharan segala sesuatu (Al An’am: 102)

2. Allah Bersifat Qidam (Dahulu), Mustahil Khudus (Didahului)
Allah SWT bersifat Qidam atau dahulu. Lawannya bersifat baru atau ada yang mendahului. Hal ini dapat dilihat dengan contoh yang sederhana, yaitu rumah, rumah dibuat oleh manusia. Adanya rumah itu setelah adanya manusia (tukang). Dengan kata lain tukang lebih dahulu ada dari rumah yang dibuatnya.
Oleh karena itu Allah SWT yang menciptakan alam dengan segala isinya ini telah lebih dahulu ada dari alam yang diciptakan-Nya, adanya Allah SWT tidak berpermulaan dan tidak berpengakhiran.
Allah SWT adalah Maha Azali, yaitu sudah ada sebelum adanya sesuatu apapun selain dari Dia, dan akan terus ada.
Allah SWT berfirman:

هُوَاْلأَوَّلُ وَاْلأَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَاْلبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ (الحديد: 3)
Artinya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (Al Hadid: 3)

3. Allah Bersifat Baqo (Kekal) Mustahil Fana (Binasa)
Allah SWT adalah khaliq (Pencipta) dan alam adalah makhluk (yang diciptakan). Allah SWT sebagai pencipta segala sesuatu mempunyai sifat Baqo, yaitu kekal selama-lamanya. Semua yang ada di dalam ini dapat rusak, binasa, mati, dan musnah, akan tetapi firman Allah SWT tetap, tanpa mengalami perubahan.
Firman Allah SWT:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَافَانٍ (26) وَّيَبْقى وَجَْهُ رَبِّكَ ذُواْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ (27) (الرحمن: 26-27)
Artinya: (26) Semua yang ada di bumi itu akan binasa (27) dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Ar-rahman: 26-27)


4. Allah Bersifat Mukhalawatul Lil Hawaditsi (Berbeda Dari Semua Makhluk), Mustahil Mumasalatsu Lil Hawaditsi (Ada Yang Menyamai-Nya)
Allah SWT berbeda sifat-Nya dengan makhluk. Hal ini mudah dipahami karena Allah adalah Pencipta semesta alam, sehingga mustahil Pencipta sama dengan yang diciptakan.
Firman Allah SWT:

لَيْسَ كَمِثْلِه شَيْئٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلبَصِيْرُ (السورى: 11)
Artinya: …… Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan dia dan Dialah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat (Asy Syura: 11)

5. Allah Bersifat Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri), Mustahil Qiyamuhu Lighairih (Bergantung Pada Sesuatu)
Allah bersifat berdiri sendiri, lawannya berdiri dengan bantuan atau tergantung pada yang lain.
Telah diketahui bahwa Allah adalah pencipta alam dengan segala isinya. Ini berarti bahwa dalam penciptaan alam tersebut tidak ada yang membantunya. Allah lah yang menjadikan sesuatu. Memang tidak ada sesuatupun yang dapat membantu Allah, tidak ada sesuatu makhluk yang dapat menolong Allah sebab Allah Maha Kuasa dan Maha Perkasa, sedang segala sesuatu selain Allah, adalah makhluk yang lemah dan mustahil menolong pencipta Nya.
Firman Allah SWT:

....
وَلاَيَئُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ اْلعَلِيُّ اْلعَظِيْمُ (البقرة: 255)
Artinya: Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar (Al Baqarah: 255)

6. Allah Bersifat Wahdaniat (Esa), Mustahil ‘Adadun (Berbilang)
Agama Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu Esa, lawannya terbilang yaitu lebih dari satu, baik Dzat-Nya, sifat-Nya maupun perbuatan-Nya.
Esa dalam Dzat-Nya ialah bahwa Dzat atau substansi Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian, tidak terdiri atas beberapa unsur atau elemen dan tidak dapat dibagi atau diukur.
Allah SWT adalah Dzat yang Mutlak, tidak dapat disamakan dengan apapun, tidak mungkin di lihat dengan mata, tidak dapat diraba dengan tangan, tidak dapat diketahui dengan pancaindera manusia, juga tidak dapat diukur dengan alat apapun juga, karena Dia lain sekali dengan apapun yang ada.
Firman Allah SWT:

قُلْ هُوَاللهُ أَحَدٌ (1) اَللهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًأَحَدٌ (4)
(
الاخلاص: 1-4)
Artinya
1. Katakanlah; Dialah Allah, Yang Maha Esa
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
(Al-Ikhlas: 1-4)

7. Allah Bersifat Qudrat (Maha Kuasa), Mustahil ‘Ajzun (Lemah Atau Tidak Berkuasa)
Allah SWT, bersifat maha kuasa, lawannya lemah, terbatas tidak berkuasa. Qudrat artinya kekuasaan yang penuh dan mutlak. Allah Maha Kuasa artinya hanya Allah saja yang berkuasa. Sedang selain Allah, sebenarnya tidak mempunyai kekuasaan apa-apa.
Kekuasaan Allah tidak hanya dalam hal membuat dan menghidupkan saja, melainkan juga berkuasa meniadakan atau menghilangkan (mematikan). Dalam melaksanakan kekuasaan-Nya itu tidak ada satupun yang dapat memaksa melarang atau menghalangi. Allah Maha Kuasa, tidak lemah sedikitpun dalam melaksanakan sesuatu.
Firman Allah SWT:

....
إِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (ال عمران: 26)
Artinya: .. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu (Ali Imran: 26)

8. Allah Bersifat Irradiate (Bekehendak), Mustahil Karahah (Terpaksa)
Sifat berkehendak, lawannya adalah terpaksa. Artinya bahwa Allah dalam menjadikan sesuatu adalah menurut rencana dan kehendak-Nya.
Sifat Qudrat sangat erat hubungannya dengan sifat Iradat. Segala yang telah dan akan dijadikan oleh Allah adalah karena kehendak (Iradat) Allah sendiri. Tidak ada yang mencampuri atau yang mempengaruhi-Nya.
Sesuatu yang dikehendaki cukup hanya berfirman maka terjadilah sesuatu yang dikehendaki-Nya itu
Allah SWT berfirman:

إِنَّمَاأَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْأً أَنْ يَّقُوْلُ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ (يس: 86)
Artinya: Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah!” maka terjadilah ia (Yasin: 82)

9. Allah Bersifat Ilmu (Maha Mengetahui), Mustahil Jahlun (Tidak Tahu Atau Bodoh)
Allah bersifat Maha Mengetahui, lawannya tidak tahu. Ilmu Allah tidak ada batasnya, karena Allah yang menjadikan alam semesta ini, sehingga Allah mengetahui segala sesuatu, baik nyata maupun yang tidak nyata.
Allah Maha berilmu dan sumber ilmu. Sedangkan manusia hanya diberi sedikit ilmu oleh Allah sebagaimana Firman-Nya dalam Al-Qur'an:

وَمَآأُوْتِيْتُمْ مِّنَ اْلعِلْمِ إِلاَّ قَلِيْلاً (الاسراء: 85)
Artinya: ….Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit (Al Isra: 85).

10. Allah Bersifat Hayyun (Hidup), Mustahil Mautun (Mati)
Allah SWT bersifat hayat atau hidup, lawannya mati atau maut. Kehidupan Allah adalah sempurna dalam arti Dia hidup untuk selama-lamanya (hidup yang sempurna), tidak seperti hidupnya manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, serta benda lain yang mengalami kebinasaan. Hidup yang menjadi sifat Allah tidak sama dengan semua makhluk. Allah Maha Hidup dalam hidup yang sempurna. Dia tidak mati dan tak akan mati selamanya. Dia kekal, kalau Ia mati atau hidup, tentu tidak akan ada makhluk hidup.
Firman Allah SWT:

وَتَوَكَّلْ عَلَى اْلحَيِّ الَّذِيْ لاَيَمُوْتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفى بِه بِذُنُوْبِ عِبَادِه خَبِيْرًا (الفرقان: 58)
Artinya: Dan bertakwalah kepada Allah, Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati dan bertasbihlah dengan memuji-Nya can cukuplah dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (Al Furqon: 58)

11. Allah Bersifat Sama’ (Mendengar), Mustahil Asham (Tuli)
Allah SWT bersifat Mendengar (Sama’), lawannya tuli. Mendengar Allah tidak sama dengan mendengar manusia. Pendengaran manusia dapat mengalami gangguan, seperti menjadi tuli dan tidak dapat mendengar. Ketajaman pendengaran manusia terbatas dan tidak sama dengan satu dengan yang lainnya.
Allah Mendengar dan Maha Mendengar, tidak ada suara yang tidak didengar oleh Allah. Walaupun manusia ratusan jumlahnya dan semua bersuara dalam waktu yang bersamaan, namun semuanya dapat didengar oleh Allah. Tidak ada kesulitan bagi Allah mendengar semua suara walaupun suara itu sangat lemah. Bahkan suara hati manusia akan didengar oleh Allah. Orang yang beriman kepada Allah niscaya akan merasa senang dan tenang, karena tidak khawatir bahwa do’a atau permohonannya tidak didengar oleh Allah. Allah SWT itu sangat dekat dan Maha Mendengar.
Firman Allah SWT:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرهمُ اْلقَوَاعِدَ مِنَ اْلبَيْتِ وَإِسْمعِيْلُرَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ (البقرة :127(
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah berserta Ismail (seraya berdo’a) “Ya Tuhan kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui” (Al – Baqarah: 127)

12. Allah Bersifat Bashar (Melihat), Mustahil A’ma (Buta)
Allah SWT bersifat Maha Melihat, lawannya buta. Melihat-Nya Allah adalah sempurna terhadap apa yang ada di alam ini.
Firman Allah SWT:

إِنَ الله َ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّموتِ وَاْلأَرْضِ وَاللهُ بَصِيْرٌ بِمَّا تَعْمَلُوْنَ (الحجرات:18)
Artinya: Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al Hujurat: 18)

13. Allah Bersifat Kalam (Berfirman), Mustahil Abkam (Bisu)
Allah SWT bersifat kalam, lawannya bisu. Kalam Allah adalah sempurna. Terbukti dalam firman-Nya yang termaktub dalam Al-Qur'an yang sempurna.
Firman Allah atau wahyu Allah adalah sumber ilmu. Perlu diketahui bahwa Kalam Allah tidak sama dengan perkataan manusia. Oleh karena itu tidak ada bahasa manusia yang dapat menggantikan bahasa (Kalam) Allah, karena Kalam Allah itu bersih dari segala kata manusia.
Firman Allah SWT:

....
وَكَلَّمَ اللهُ مُوْسى تَكْلِيْمًا (النساء: 164)
Artinya: ..Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (An-Nisa:164)

B. Asmaul Husna
Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik dan merupakan sifat-sifat Allah SWT. Nama-nama yang baik dan merupakan sifat Allah SWT banyak kita jumpai dalam Al-Qur'an.
Di antara nama – nama Allah SWT yang sekaligus juga merupakan sifat-sifat Allah SWT ialah:

1. Al Adlu (Adil)
Allah SWT adalah Maha Adil terhadap makhluk-Nya, terbukti dalam segala hal, baik yang menyangkut urusan keduniaan maupun urusan akherat.
Sebagai contoh: Dalam segi ibadah, Allah tidak membedakan si kaya dan si miskin, antara pejabat dengan staf dan sebagainya, akan tetapi yang berbeda di sisi Allah SWT, ialah kadar ketaqwaannya.
Allah SWT Berfirman:

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَآئِ ذِى اْلقُرْبى وَيَنْهى عَنِ اْلفَحْسَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَ كَّرُوْنَ (النحل: 90)
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (An Nahl: 90)

2. Al Ghaffaru (Pengampun)
Al Ghaffaru merupakan sifat Allah SWT yang artinya pengampun. Maghfirah (ampunan) Allah selalu dilimpahkan kepada makhluk-Nya yang berbuat, serta mengakui salah, baik kecil maupun besar, serta mau bertobat.
Allah Maha pengampun kepada makhluk-Nya, pintu maghfirah selalu terbuka bagi hamba-Nya yang memohon.
Allah SWT berfirman :

رَبُّ السَّموتِ وَاْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَااْلعَزِيْزُ اْلغَفَّارُ (ص:66)
Artinya: Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya yang Maha perkasa lagi Maha Pengampun (Shad: 66)

3. Al Hakim (Bijaksana)
Di antara sifat Allah SWT adalah Al Hakim yang artinya bijaksana. Kebijaksanaan Allah SWT kepada makhluk-Nya tidak terbatas kepada bentuk ciptaan-Nya saja, akan tetapi mencakup dalam segala hal, selalu bijaksana. Sebagi contoh : Segala yang diperintahkan oleh Allah SWTAllah SWT baik yang menyangkut ibadah maupun muamalah dan sebagainya, tentu mengandung hikmah dan bila dikerjakanakan akan mendapat pahala. Sebaliknya apa-apa yang dilarang tentu ada hikmahnya, dan bila ditinggalkan akan mendapat pahala.
Allah SWTAllah SWT berfirman :

هُوَ الّّذِيْ يُصَوِّرُ كُمْ فِى اْلأَرْحَامِ كَيْفَ يَشّآءُ لآَإِلَهَ إلاَّ هُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ (ال عمران: 6)
Artinya: Dialah yang memebentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ( Ali Imran: 6)

4. Al Malik (Raja)
Al Malik adalah sifat Allah SWT yang berarti raja. Allah merajai segala apa yang adadi alam ini. Sebagai Raja Dia memiliki sifat kekuasaan dan kesempurnaan, tidak seperti raja di dunia ini yang banyak kekurangannya dan kelemahannya. Kalau Allah sudah memutuskan sesuatu, tak ada satupun yang dapat menolaknya, dan kalau Allah melarang sesuatu, tak ada satupun yang dapat mencegahnya.
Allah SWT berfirman :

فَتَعلىَاللهُ اْلمَلِكُ اْلحَقُّلآَإِلهَ إِلاَّ هُوَ رِبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ (المؤمنون:116)
Artinya : Maka Maha Tinggi Allah, raja Yang Sebenarnya, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia. (Al Mu’minun: 116)

5. Al Hasiib (Pembuat Perhitungan)
Al Hasiib adalah sifat Allah SWT yang maksudnya Pembuat Perhitungan. Segala sesuatu yang diciptakan Allah tentunya sudah diperhitungkan dengan cermat dan tepat. Balasan yang berlipat ganda akan diberikan Allah kepada orang yang bersyukur dan berbuat baik. Perhitungan Allah selalu tepat baik dalam memberi pahala kepada orang yang berbuat kebajikan maupun memberi siksa kepada orang yang ingkar kepada-Nya. Oleh karena itu sebelum melakukan suatu tindakan, kita harus memperhitungkan baik buruknya secara cermat. Sebab Allah SWT akan menghitung semua amal perbuatan kita di dunia ini.
Allah SWT berfirman :

إِنَ اللهَ كَانَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبَا (النساء: 86)
Artinya : Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas tiap-tiap sesuatu (AnNisa: 86)

Juga Firman Allah SWTAllah SWT :

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَه (7) وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرَّايَّرَه (الزلزله: 7-8)
Artinya : (7) Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (8) dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat biji dzarrah pun, niscaya diaa akan melihat (balasan)nya. (Al Zalzalah: 7-8)

C. Fungsi Iman Kepada Allah SWT
Apabila seseorang telah meyakini adanya Allah SWT dan memfungsikan imannya dalam amal perbuatannya serta menempatkan Allah dan segala perintah-Nya di atas segala-galanya, maka kehidupan manusia itu di dunia ini akan memperoleh pegangan hidup yang kokoh. Ia tidak mudah terjerumus ke dalam kesesatan. Ia juga tidak mudah putus asa. Selanjutnya ia akan memiliki akhlak yang mulia, karena ia selalu berpegang kepada petunjuk Allah yang senantiasa menyuruh berbuat baik.
Orang yang memfungsikan iman kepada Allah SWT dalam hidupnya, akan memiliki sikap dan kepribadian sebagai berikut :
1. Menyadari kelemahan dirinya di hadapan Allah Yang Maha Besar, sehingga ia tidak mau berbuat dab bersikap sombong atau takanur serta menghina orang lain.
2. Menyadari bahwa segala yang ia nikmati dalam kehidupan ini berasal dari Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hal ini menyebabkan ia akan menjadi orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah. Ia memanfaatkan segala nikmat Allah sesuai dengan kehendak-Nya.
3. Menyadari bahwa dirnya pasti akan mati dan dimintai pertanggung jawaban tentang segala amal perbuatan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan ia senantiasa berhati-hati dalam menempuh liku-liku kehidupan di dunia yang fana ini.
4. Merasa bahwa dirinya selalu dilihat oleh Allah Yang Maha Mengetahui. Ia merasa bahwa pada waktu ia melakukan perbuatan yang buruk, Allah mengetahuinya. Kemudian ia berusaha meninggalkan perbuatan yang buruk, karena dalam dirinya sudah tertanam rasa malu berbuat salah. Ia menyadari bahwa sekalipun tidak ada orang lain yang melihatnya namun Allah Maha Melihatnya.
5. Sadar dan segera bertaubat apabila pada suatu ketika karena kekhilafan ia berbuat dosa. Ia segera akan memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahat yang dilakukannya itu, sebagaimana diterangkan dalam Al Qur’an.
Allah SWT berfirman :

وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوْآأَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوْالِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوْاعَلى مَافَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ (ال عمران: 135)
Artinya : Dan (Juga) orang0orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. (Ali Imran: 135)

Akhirnya dapatlah disimpulkan bahwa fungsi iman kepada Allah SWT akan menumbuhkan sikap akhlak mulia pada diri seseorang. Ia akan selalu berkata benar, jujur tidak sombong, dan merasa dirinya lemah di hadapan Allah serta tidak berani melanggar larangan Allah, karena ia mempunyai iman yang kokoh.
Dengan demikian maka iman memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yakni sebagai alat yang paling ampuh buat membentengi diri dari segala pengaruh dan bujukan yang menyesatkan. Selanjutnya iman juga sebagai pendorong seseorang untuk melakukan segala perbuatan yang shaleh. Perbuatan yang shaleh tidak akan timbul tanpa ada dasar iman. Kalau iman dan amal shaleh ini talah menjadi satu, tertanam dalam dirinya bahagialah hidupnya baik di dunia maupun di akherat. Allah SWT berfirman :

إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ (2) إِلاَّ الَّذِيْنَ أمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّلِحَتِ (العصر: 2-3)
Artinya: (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ……… (Al Ashr: 2-3)

Dalam ayat lain diterangkan bahwa Allah SWT, akan memberi pahala berupa syurga kepada orang-orang yang beriman.

إِنُّ اللهَ اَشْتَرَى مِنَ اْلمُؤْ مِنِيْنَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَمنَّةَ .... (التوبة: 111)
Artinya : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang muknim, diri dan harta mereka dengan memberi syurga untuk mereka …. (At-Taubah: 111)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar